Portal Berita Indonesia

Kupas Tuntas Informasi Lengkap Seputar Indonesia

Arus laut penting diperkirakan akan melemah secara signifikan setelah tahun 2100, menurut peringatan model iklim

arus laut

Penelitian iklim terbaru mengungkap bahwa Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC), sistem arus laut besar yang mencakup Gulf Stream, menghadapi kemungkinan penghentian total setelah tahun 2100 dalam skenario emisi tinggi, dengan semua sembilan model iklim yang diperluas menunjukkan hasil ini. Temuan ini merupakan salah satu proyeksi iklim yang paling mengkhawatirkan yang muncul dari ilmu iklim terbaru, dengan potensi konsekuensi yang sangat besar dan merusak bagi pola cuaca global.

Titik Balik Segera Terpicu

Pemadaman akan dipicu oleh runtuhnya konveksi laut dalam di Atlantik Utara dalam beberapa dekade mendatang, menciptakan rangkaian peristiwa yang tak terbalikkan yang bisa terjadi dalam rentang 50 hingga 100 tahun. Menurut Stefan Rahmstorf, Kepala Departemen Analisis Sistem Bumi di PIK, “titik kritis di perairan kunci Atlantik Utara biasanya terjadi dalam beberapa dekade mendatang, yang sangat mengkhawatirkan”.

Studi yang dipublikasikan di Environmental Research Letters oleh peneliti dari Institut Meteorologi Kerajaan Belanda dan Institut Penelitian Dampak Iklim Potsdam, menganalisis simulasi iklim CMIP6 yang diperpanjang jauh melampaui cakrawala tahun 2100 pada umumnya, hingga tahun 2300-2500. Penulis utama Sybren Drijfhout mencatat bahwa observasi terbaru di wilayah konveksi dalam sudah menunjukkan tren penurunan selama lima hingga sepuluh tahun terakhir, konsisten dengan proyeksi model.

Penelitian terbaru telah mengidentifikasi keruntuhan AMOC sebagai bagian dari jaringan yang lebih luas dari titik-titik kritis iklim yang saling terkait dan dapat memicu efek berantai di seluruh sistem Bumi. Arus Atlantik termasuk elemen paling rentan bersama transformasi hutan hujan Amazon, dengan para ilmuwan memperingatkan bahwa setiap fraksi derajat pemanasan secara signifikan meningkatkan kemungkinan melewati ambang batas kritis ini. Berdasarkan skenario emisi saat ini, ada kemungkinan sekitar 50:50 bahwa beberapa titik kritis dapat terjadi dalam 300 tahun ke depan, menciptakan siklus runtuh lingkungan yang berkelanjutan. Sifat keterkaitan ini berarti bahwa penghentian AMOC dapat mempercepat proses titik kritis lainnya, termasuk keruntuhan lapisan es dan kematian hutan, memperkuat gangguan iklim global jauh melampaui apa yang bisa disebabkan oleh titik kritis secara terpisah.

Dampak Iklim Global yang Belum Pernah Terjadi

Runtuhnya AMOC akan mengurangi transportasi panas ke utara menjadi kurang dari 20% dari tingkat saat ini, dengan beberapa model memprediksi aliran panas hampir nol. Hal ini akan memicu musim dingin yang ekstrem di Eropa barat laut, dengan studi menunjukkan suhu musim dingin di London dapat turun hingga minus 2,2°F dan Oslo dapat mengalami ekstrem minus 55°F. Es laut akan meluas ke selatan, bahkan berpotensi mencapai bagian Inggris, Skandinavia, dan Belanda.

Dampaknya akan meluas jauh melampaui Eropa. Sabuk hujan tropis akan bergeser secara drastis, mengurangi kemampuan lautan menyerap CO2 dan mempercepat peningkatan CO2 di atmosfer. Pesisir Atlantik Amerika akan menghadapi kenaikan permukaan laut yang besar, sementara ekosistem laut dan perikanan akan mengalami kekacauan yang meluas.

Konsensus Ilmiah tentang Risiko Mendesak

Penelitian ini bertepatan dengan peringatan dari 44 ilmuwan iklim terkemuka yang menandatangani surat terbuka pada Oktober 2024 kepada Dewan Menteri Nordik, menggambarkan risiko keruntuhan AMOC sebagai “sangat diremehkan”. Para ilmuwan, termasuk Michael Mann dan Stefan Rahmstorf, memperingatkan adanya “dampak yang menghancurkan dan tidak dapat diubah” serta menyebut hasilnya sebagai “katastrofik dan akan berdampak pada seluruh dunia selama berabad-abad yang akan datang”.

Meskipun beberapa penelitian bertentangan menunjukkan stabilitas AMOC, bukti yang ada menunjukkan kerentanan yang semakin meningkat. Studi terbaru menunjukkan ambang suhu kritis untuk titik jatuh AMOC adalah sekitar 3°C pemanasan global, yang dapat tercapai setelah tahun 2050 di bawah skenario emisi tinggi. Rahmstorf menekankan bahwa meskipun penghapusan total risiko penutupan mungkin sudah tidak mungkin lagi, pengurangan emisi secara cepat tetap sangat penting untuk meminimalkan kemungkinan dan tingkat keparahan keruntuhan.

Model yang digunakan dalam penelitian terbaru mungkin sebenarnya meremehkan risikonya, karena belum sepenuhnya memperhitungkan tambahan air tawar dari pencairan es Greenland yang semakin cepat, yang dapat mendorong sistem lebih jauh menuju keruntuhan.